Related Articles
Pengasuhan anak baiknya harus dilaksanakan oleh ayah ibu kandungnya. Tetapi karena beragam keadaan ada saatnya pasangan suami istri harus minta kontribusi dari orang paling dekat mereka, misalkan terhitung orangtua, untuk menolong mengasuh buah kesayangan mereka atau untuk kepentingan yang lain.
Merajut rekanan dengan kakek nenek dari anak-anak kita memang susah-susah gampang. Tetapi menurut pemrakarsa The Positive Parenting Proyek, Anita Cleare, memiliki pendapat kakek-nenek dapat berperan positif untuk keluarga.
Mereka dapat menyumbang cinta, support, sudut pandang, suka ria, waktu senggang, dan kontribusi extra. Tetapi benar ada kalanya beberapa orangtua berasa keluarganya dihakimi, terganggu, sampai diintervensi.
Anita Cleare membagi beberapa strategi dalam jaga rekanan masih tetap serasi dengan kakek-nenek berkaitan pengasuhan anak-anak kita.
- Memberi saran tak perlu disuruh
Kakek-nenek sering memberi saran skema asuh yang tidak disuruh. Kadang orangtua memandang itu sebagai kritikan. Apa yang kita kerjakan dipandang tidak sesuai pertimbangan mereka. Topik paling peka sudah pasti masalah pengasuhan anak.
Untuk menangani masalah permasalahan ini, simpulkan saran itu baik. Coba ingat tiap anjuran biasanya dilatari niat baik. Kakek-nenek punyai pengalaman susahnya memperbesar anak. Hingga mereka terdorong menolong pada jalan turunkan kisah hidupnya ke kita. Bukannya emosional, seharusnya kita jauh dari tersinggung.
Bila kakek atau nenek tawarkan anjuran yang tidak dibutuhkan, cukup anggukkan kepala dan tersenyum. Atau berikan kita menghargakan anjuran mereka tetapi akan kerjakan dengan sendiri. Tetapi saat perlu kontribusi atau saran, tentu mereka diikutsertakan. Bila kritik hadirnya terus-terusan dan condong menyakitkan, coba meminta dengan santun untuk stop.
- Kakek-nenek terlalu menganakemaskan anak
Kebahagiaan jadi kakek-nenek terkadang ditanggapi dengan menganakemaskan anak. Anak dikasih hadiah terlalu berlebih, dikasih cokelat tanpa batasan, dan biarkan sang kecil lakukan hal yang tidak dibolehkan orangtua. Hal tersebut memantik perselisihan.
Mayoritas kakek dan nenek cuman menyaksikan cucu mereka kadang-kadang. Mereka tidak mendapatkan dekapan dan kecupan dari cucunya tiap hari. Hingga mereka manfaatkan peluang itu untuk memperlihatkan kasih-sayang ke cucunya. Bila tingkatnya telah keterlaluan, kita perlu sampaikan aturan-aturan. Walau tidak gampang, berikan pada jalan sepakat.
- Kakek-nenek terlampau menambahi masalah rumah tangga
Kadang kakek-nenek mengharap akses tanpa batasan ke keluarga anaknya. Mereka ingin diikutsertakan dalam segalanya, khususnya masalah cucu. Keterkaitan itu di satu segi merintangi membentuk keluarga sama sesuai ide kita sendiri. Supaya kakek-nenek mode begitu tidak tersinggung, coba untuk atur rekanan dengan keluarga kita daripada larang mereka ikut serta yang ujungnya memantik perselisihan.
- Kakek-nenek terlalu cuek
Kontradiksi dari kakek-nenek terlalu ikut campur ialah terlalu cuek. Mempunyai buah kesayangan pada periode awalnya sebagai masa susah untuk beberapa keluarga. Kadang kita perlu support kekek-nenek. Yang menjadi masalah terkadang kakek-nenek tinggal jauh dari keluarga kita. Atau kakek-nenek punyai masalah sendiri jadi tidak dapat menolong anak dan cucunya. Saat sebelum berasa dihiraukan, sebaiknya kita berbicara dengan kakek-nenek. Bila perlu kontribusi dan memandang mereka sanggup, tidak boleh malu untuk minta langsung. Pokoknya masalah komunikasi.
- Kakek-nenek ngeyel dengan ketentuan kita
Saat kakek-nenek ikut campur dalam keluarga kita tanpa ingin turut ketentuan main yang telah disetujui bersama pasangan, waktunya buat memperjelas kembali loyalitas kita. Terangkan ketentuan kita dengan jelas. Bila hal tersebut mematik perselisihan, tidak boleh cepat-cepat melempar kekeliruan tetapi usahakan mencari jalan keluar bersama.
