Mahasiswa hukum sesungguhnya dituntut untuk mampu paham dasar-dasar hukum. Namun ternyata, bekal itu tidak lumayan untuk jadi sarjana hukum yang kompeten.
Salah satu pengajar Jentera School of Law, Bavitri Susanti, SH, LLM, memaparkan bahwa, orientasi pendidikan hukum sementara ini condong menghasilkan pengacara yang jago dan menang di pengadilan bersama beragam cara. Melalui Jentera School of Law, Bavitri menghendaki mendobrak proses tersebut.
“Kami menghendaki edukatif para mahasiswa supaya jadi sarjana Magister hukum yang berintegritas. Misalnya kala kooporasi tidak tersedia tindakan suap,” ujar Bavitri di Bluegrass Bakrie Tower, belum lama ini.
Dia mengimbuhkan, pergantian itu kalau dilaksanakan sebabkan kurikulum yang mampu menjawab tantangan di jaman depan. Sekolah, kata Bavitri, mengajarkan mahasiswa hukum supaya mampu berpikir secara logis, tidak cuma menghafal undang-undang. Mahasiswa juga mesti didorong supaya jadi biasa jalankan riset.
“Jadi mereka tidak bingung kala menghadapi persoalan baru yang belum tersedia referensinya di undang-undang,” imbuhnya.
Di Jentera School of Law, mahasiswa diajari berpikir kritis, jadi biasa sebabkan karya ilmiah serta jalankan presentasi. Dalam menstimulasi langkah berpikir kritis, kata Bavitri, mahasiswa diajak menyaksikan dan membedah beragam persoalan hukum di Tanah Air.
Pengajar lain, yaitu Ahmad Fikri Assegaf, mengimbuhkan, nantinya para dosen akan selalu memberikan pesan yang terkandung didalam nilai-nilai hukum. Penekanannya adalah mendorong mahasiswa supaya tidak menghalalkan segala langkah untuk memenangi persoalan hukum yang tengah ditanganinya.
“Biar bagaimanapun, kampus mesti memberikan pesan berikut kepada para mahasiswanya,” imbuh Fikri.
